Yogyakarta, 12 Juli 2025 – Kolese De Britto menyambut 322 siswa baru Tahun Ajaran 2025/2026 dalam kegiatan penyerahan siswa baru yang diadakan di aula sekolah. Para siswa, bersama orang tua mereka, datang dari 20 provinsi dan 63 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Kegiatan dibuka dengan pengenalan sejarah serta visi-misi sekolah oleh Romo Agustinus Sugiyo Pitoyo SJ, Rektor Yayasan De Britto. Dalam pemaparannya, Romo menekankan misi “1L + 5C” — membentuk pemimpin pengabdi (leadership) yang memiliki pengetahuan (competence) dan berhati nurani benar (conscience), sehingga muncul bela rasa (compassion) yang ditunjukkan melalui komitmen untuk bertindak (commitment) dan akhirnya konsisten menghidupi nilai-nilai tersebut (consistency) demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar – Ad Maiorem Dei Gloriam (AMDG).
Romo juga menyampaikan bahwa Kolese De Britto berkomitmen menjadi ruang belajar yang aman dan nyaman untuk pendidikan yang utuh.
“Kami percaya bahwa De Britto akan memberi ruang bagi anak-anak kami untuk berkembang, bukan hanya dalam sisi akademis, tetapi juga karakter,” ujar Ibu Agnes Nur Sukapti, perwakilan orang tua siswa kelas X.


Kekuatan pendidikan karakter Kolese De Britto juga tercermin dari para alumninya. Daniel Oscar Baskoro, alumni De Britto angkatan 2010, menambahkan:
“Kalau pintar saja, itu sudah banyak. Tapi pintar dan punya banyak pengalaman, itu yang jarang – tidak takut, tidak malu, tidak malas.”
Ia menceritakan bagaimana bekal pendidikan dari Kolese De Britto ia terapkan saat pertama kali bekerja, hanya dengan bermodalkan ijazah SMA. “Yang penting berani mencoba,” ucapnya penuh semangat.
Setelah sesi pembukaan, para siswa diarahkan ke lapangan untuk mengikuti persiapan MPLS 2025 bertema “Tangguh dan Kolaboratif” yang akan berlangsung pada Senin–Jumat, 14–18 Juli 2025. Sementara itu, para orang tua mengikuti talkshow bersama perwakilan orang tua kelas XI–XII dan alumni.
Dalam sesi tersebut, Ibu Agnes Dhiany, orang tua dari siswa kelas XII, membagikan pengalaman transformasi positif anaknya selama bersekolah di De Britto.
“Saya sempat ragu apakah Mas Naresh bisa mengikuti ritme belajar di De Britto. Dulu, melihat dia buka buku saja rasanya langka. Tapi sekarang, nilai 80–90 sudah jadi hal biasa, dan belajar pun menjadi rutinitas tanpa disuruh,” ujarnya sambil tersenyum.
Testimoni menarik juga datang dari Bapak Thomas Bambang Pamungkas, orang tua dari Bintang, siswa kelas XI. “Ternyata cita-cita saya untuk masuk ke De Britto diwarisi oleh anak saya,” ucapnya. Meskipun harus tinggal jauh dari orang tua, Pak Bambang mengaku tidak khawatir karena Pamong De Britto sangat komunikatif, sehingga ia yakin anaknya senantiasa ditemani dalam dinamika hidup di Kolese De Britto.
Menjelang akhir acara, Romo Hugo Bayu Hadibowo SJ, Pamong Kolese De Britto, menyampaikan pesan menyentuh bagi para orang tua melalui sebuah perumpamaan:
“Kita ibarat roti sandwich—sekolah sebagai roti di atas, orang tua di bawah, dan anak-anak adalah isi di tengah. Kalau salah satu roti hilang, isinya akan berantakan atau jatuh. Maka, sekolah dan keluarga harus bersinergi membentuk pribadi utuh dan bermakna.”
Kegiatan Pra-MPLS ini menjadi langkah awal dalam membangun ekosistem pendidikan yang menyeluruh—bermakna, berakar, dan berdampak.




